jam menunjukan pukul 5.00 WIB,
langit gelap hujan rintik-rintik mengguyur kota kecil bernama Subang, beberapa pria berseragam lengkap telah hilir mudik dan bersiap-siap mengamankan "pesta" nanti malam. dan aku berdiri didepan sebuah toko yang telah di tutup pemiliknya, berhapap hujan yang mengguyur segera reda.
hawar hawar suara trompet mulai di bunyikan kendati "pesta" baru dimulai malam nanti. mungin ini adalah berkah bagi mereka yang setiap tahun menawarkan sebuah alat tiup sebagai pelengkap "pesta" pergantian tahun. dan aku masih di depan toko yang telah di tutup pemiliknya, merindukan anak dan istriku, ingin segera bercanda dan bercengkrama dengan mereka.
biasanya setiap tahun "pesta" ini digelar dengan menelan budget yang tidak sedikit, jalan-jalan, tempat hiburan, Mall-mall, alun-alun, dipadati orang mulai dari orang kampung sampai yang merasa dirinya dari kalangan elite, larut dalam "pesta" ini. dan aku masih di sini, didepan sebuah toko yang telah ditutup pemiliknya, merindukan secangkir kopi panas buatan istriku.
segala jenis hiburan digelar untuk memeriahkan "pesta" ini, mulai dari dangdutan sampai kepiawaian DJ dihadirkan dan di puncaki Keindahan kembang api hingga pagi menjelang. dan aku masih disini didepan sebuah toko yang telah ditutup pemiliknya, masih memikirkan mengapa "pesta" ini digelar, bukankah "Tahun baru" hanyalah siklus waktu? seperti halnya ada pergantian bulan, pekan, hari, jam, menit bahkan detik. tapi mengapa hampir seluruh penduduk bumi begitu gegap gempita merayakan sebuah "pesta" pergantian tahun apa yang istimewa dari sebuah pergantian tahun, seolah-olah telah merayakan sebuah "kemenangan" besar tapi "kemenangan" apa?
dan hujan masih terus mengguyur Subang.
*Foto : vivanews.com

0 Komentar