Kalau ada kemampuan logika yang paling dasar—tapi paling sering bikin ribut kalau salah—itu adalah kemampuan membedakan fakta, opini, dan asumsi. Sering kali orang marah bukan karena masalahnya besar, tapi karena tiga hal ini dicampur jadi satu. Padahal kalau dipisahin, banyak masalah bisa selesai lebih cepat.
1. Apa itu Fakta?
Fakta itu kenyataan apa adanya. Bisa dicek. Bisa diverifikasi. Ada datanya.
Contoh: - Jam 7 pagi, jalan Subang–Bandung macet. - Harga cabai hari ini 45 ribu. - Driver ojol dapat rating bintang 1.
Ini fakta. Masalah muncul ketika orang merasa sesuatu itu fakta, padahal cuma...
2. Opini: Pendapat yang Wajar, Tapi Bukan Fakta
Opini itu pendapat pribadi, bisa benar, bisa salah, bisa berubah.
Contoh: - "Driver ojol itu pasti salah." - "Karyawan KAI itu ceroboh banget." - "Subang makin panas sekarang."
Opini boleh. Semua orang punya opini. Yang jadi masalah adalah ketika opini dipaksa jadi "kebenaran mutlak".
3. Asumsi: Ini yang Sering Diam-diam Bikin Masalah
Asumsi itu kesimpulan yang kita buat sendiri tanpa bukti lengkap. Kadang benar, kadang jauh dari kenyataan.
Contoh: - "Karena dapat bintang 1, berarti drivernya kasar." - "Karena tumbler hilang, berarti pegawainya sengaja." - "Karena macet, pasti ada kecelakaan."
Asumsi itu seperti bayangan: kita lihat bentuknya, tapi aslinya belum tentu begitu.
Kenapa Penting Membedakan Tiga Ini?
Karena kalau ketiganya nyampur, hidup bakal penuh kesalahpahaman.
- Fakta tanpa opini = kering
- Opini tanpa fakta = ngawur
- Asumsi tanpa sadar = bahaya
Yang paling sering memicu pertengkaran di media sosial adalah asumsi yang dibungkus seolah fakta.
Cara Sederhana: 3 Pertanyaan untuk Menyaring Logika
Setiap kali mau percaya, komentar, atau gerak cepat, tanya dulu:
- Ini saya tahu dari mana? Fakta atau cuma kata orang?
- Ini pendapat saya atau informasi yang bisa dicek?
- Ada buktinya nggak? Kalau nggak ada, berarti asumsi.
Contoh Kasus Mini: Rating Ojol
Fakta: Driver dapat bintang 1.
Opini: "Kasihan banget drivernya, sistem ratingnya nggak adil."
Asumsi:
- "Penumpangnya pasti nyebelin."
- "Driver pasti menolak lawan arah, makanya dibales rating jelek."
Perhatikan: opini oke, asumsi boleh — tapi jangan diperlakukan sebagai fakta.
Latihan Kecil untuk Pembaca
Baca kalimat ini:
"Penjual ini pasti nakal, soalnya barangnya telat datang."
Tentukan: mana yang fakta? mana yang opini? mana yang asumsi?
Penutup Materi 1
Kalau kita sudah bisa bedain fakta, opini, dan asumsi, setengah kemampuan berpikir logis sudah terbentuk. Sisanya tinggal dilatih sedikit demi sedikit.
Di materi berikutnya, kita akan bahas kenapa manusia sering lompat ke kesimpulan—dan kenapa otak kita sering lebih cepat daripada akal sehat. Sampai jumpa di materi 2.

0 Komentar